Apa kesamaan Royal Enfields dan Vespa secara historis? Jawabannya sangat sederhana dan mudah.
Kedua perusahaan tersebut mengkhususkan diri dalam membuat transportasi roda dua yang relatif ringan perawatannya.
Cocok untuk orang yang memakai motor hanya untuk berkeliling dalam kota dan cocok untuk keperluan militer.
Saat perang, tak hanya motor bermesin besar yang diterjunkan di konflik pada awal abad ke-20.
Royal Enfield Flying Flea memang keren, tapi Anda tidak bisa mengalahkan citra Vespa 150 TAP ini. Semua harus minggir memberi jalan untuk motor ini.
Silakan saja Anda membayangkan motor dengan peran luar biasa di dalam sebuah pertempuran.
Tapi, apakah pernah terbayangkan saat seorang prajurit menembakkan bazoka dari jok motor.
Itu fakta yang langsung merangsang logika kita mengeluarkan pertanyaan, apa kisah di balik motor Vespa 150 TAP ini.
Ceritanya begini. Pada 1956-1959, pemegang lisensi Piaggio di Prancis, Ateliers de Construction de Motocycles et Automobiles (ACMA) membuat sekitar 600 Vespa 150 TAP.
Setelah Perang Dunia II, Prancis memiliki surplus bazoka M20 buatan Amerika Serikat. Ukurannya saat ini sangat besar tapi masih bisa dibawa manusia.
Pada situasi inilah peran Vespa 150 bermain. Diberi tambahan kode TAP singkatan dari Truppe Aero Portate atau semacam prajurit lintas udara.
Jadi, Vespa 150 TAP ini ikut diterjunkan dari langit bersama prajurit, sesampainya di daratan, ikut berperang pula.
Saat itu, M20 memerlukan semacam tripod sebagai tempat berdirinya. Jika sudah di atas Vespa 150 TAP, urusan tripod sudah beres. Cukup tembakkan saja dari situ.
Anehnya hanya sedikit perubahan yang dilakukan pada Vespa sipil ini untuk bertransformasi jadi kendaraan perang.
ACMA hanya memperkuat kerangka dan menurunkan persneling. Lalu, menambahkan tunggangan yang sesuai untuk M20 dan amunisinya.
Skuter yang dibuat ini sebagian besar dipakai selama Perang Aljazair. Tetap tidak besar tapi lumayan menyeramkan dengan moncong bazoka yang panjang itu.
Sumber: New Atlas, Popular Mechanics, Business Insider