Pada 1985, film Back to the Future tayang perdana di bioskop. Tapi, DMC DeLorean yang bisa menjelajah  waktu bukanlah satu-satunya kendaraan futuristik yang muncul saat itu.

Di Tokyo Motor Show 1985, Suzuki memamerkan Konsep Falcorustyco, nama yang sama rumit dengan desainnya.

Meski beberapa gagasan yang disajikan kala itu pada akhirnya akan menjadi kenyataan, sebagian besarnya adalah visi tentang masa depan yang tidak bertahan hari ini.

Nama yang terlalu rumit itu mencerminkan sifat sepeda motornya: tidak ada bingkai, mesin adalah struktur sentral dari seluruh motor.

Sepanjang sejarah, kita telah melihat sederet sepeda motor menggunakan mesin sebagai bagian struktural. Tetapi dalam kasus Falco, mesinnya menopang swingarm depan dan belakang.

Ya, swingarm depan. Garpu tradisional telah hilang, digantikan oleh mekanisme kemudi hidrolik.

Suzuki Falcorustyco Concept

Motor ini kemungkinan dikendalikan dengan pegangan yang menyerupai joystick Atari 2600, yang menjulur keluar dari fairing menggantikan setang tradisional.

Tidak hanya setirnya yang hidraulik, begitu pula sistem penggeraknya - untuk kedua roda. Bisa dibilang, Falcorustyco adalah sepeda motor all-wheel-drive.

Tidak bisa dibayangkan berapa banyak tenaga yang akan dihisap dari mesin square four empat tak 500cc Suzuki. Bayangkan kehilangan daya melalui cairan pada mobil transmisi otomatis.

Tentu, Anda tidak perlu mengganti persneling pada motor ini. Tetapi, pada saat tenaga mencapai kedua roda, sulit membayangkan akan ada cukup sisa untuk mematahkan traksinya.

Salah satu teknologi milik Falcorustyco yang akhirnya menjadi kenyataan adalah suspensi yang dikendalikan secara elektronik.

Sebelumnya hanya digunakan mobil sport kelas atas, kini semakin banyak kendaraan - termasuk sepeda motor - yang memungkinkan Anda mengontrol kecepatan atau kelembutan suspensi dengan cepat.

Itu adalah fitur cukup keren yang diprediksi secara akurat oleh Falcorustyco.

Tonton Back to the Future 2, dan lihat betapa salahnya prediksi mereka terhadap dunia kita pada 2015. Tingkat kesalahan tersebut hampir sama dengan yang dilakukan Suzuki dengan Falcorustyco.

Ada sedikit kebenaran - seperti penulis film yang membangun karakter Biff sebagai presiden berdasarkan Donald Trump. Tetapi sebagian besar, mereka sama sekali salah menilai masa depan.

Tapi tidak mengapa. Bermimpi dan membayangkan yang tidak mungkin, terkadang bagus juga. Seiring waktu dan perkembangan teknologi, bukan tak mungkin hal tersebut jadi kenyataan.