Nama Tima Kuleshov mungkin masih asing terdengar di telinga para penggemar motorsport. Namun, bukan tidak mungkin nama Kuleshov bakal sering menghiasi headline berita balap motor beberapa tahun mendatang.

Lahir di Kiev, Ukraina, Tima Kuleshov sempat menjadi sensasi saat videonya mengendarai sepeda motor viral di internet.

Kuleshov, yang saat itu masih berusia empat tahun, terlihat lihai beraksi di atas roda dua, bahkan sempat melakukan beberapa wheelie.

Kini, Kuleshov telah berusia delapan tahun. Melalui unggahan di akun Instagram pribadinya, ia tampak makin serius menggeluti dunia balap motor.

Desember lalu, Kuleshov, yang kini disponsori oleh Motul dan Yamaha Kyiv, berhasil keluar sebagai peringkat kedua dalam lomba balap motocross Goloseevo MX 2020.

Bakat Kuleshov sudah mulai tampak sejak dirinya berusia dua tahun, ketika dirinya mulai lihai mengendarai sepeda.

 

Ketertarikan Kuleshov pada olahraga yang menantang adrenalin membawanya mendalami balap motor dan sepeda gunung.

Bahkan, saat musim dingin menghambat dirinya melakukan dua olahraga tersebut, Kuleshov mencari kegiatan untuk memuaskan dahaganya akan adrenalin.

Pilihannya jatuh pada olahraga ski. Kuleshov pun melewatkan musim dingin dengan berseluncur di berbagai lokasi di negaranya.

Melihat bakat dan passion sedemikian besar, para sponsor bergerak cepat "mengamankan" calon juara balap motor di masa depan ini.

Dalam usianya yang bahkan belum menginjak sepuluh tahun, Kuleshov telah memiliki tim balap sendiri, lengkap dengan van yang bertuliskan namanya.

Tak hanya aktif mencetak prestasi di dunia nyata, Kuslehov pun mulai menyapa penggemarnya di dunia maya lewat akun Instagram dan kanal YouTube pribadinya.

Saat artikel ini dibuat, Kuleshov sudah memiliki 33 ribu follower di Instagram dengan unggahan berjumlah 700 buah.

Kanal YouTube Kuslehov pun cukup besar dengan 154 ribu subscriber. Hal ini tak lepas dari dukungan orangtuanya yang rutin mengunggah berbagai video tentang aksi putra mereka di atas motor.

Tima Kuleshov menjadi bukti bagaimana hebatnya bakat besar jika mendapat dukungan total dari keluarga dan orang terdekat.

Pertanyaannya, sudahkah bakat-bakat para atlet cilik Indonesia mendapat dukungan cukup dari pihak-pihak terkait? Atau justru banyak yang terpendam dan hilang akibat kurang dipupuk dan dikembangkan?