MMS (Modified Motor Singo) adalah salah satu klub motor Yamaha RX King, yang namanya cukup dikenal luas di area Solo Raya.

Dibentuk sejak tahun 2007 lalu, MMS terus berkembang dan hingga kini disebut telah memiliki sebanyak 125 anggota.

Dalam wawancara bersama Ketua MMS, Adi Kristiana, Motor1.com Indonesia mendapat banyak cerita seputar perjalanan klub kebanggaannya hingga saat ini.

Meski mengusung nama modified, namun MMS tetap terbuka dengan anggota baru yang mempertahankan orisinalitas motor RX Kingnya.

Syarat menjadi anggota pun tak neko-neko, selain memiliki motor RX King tentunya, calon anggota wajib memiliki KTP, SIM, dan STNK. Ditambah, wajib mengikuti kegiatan MMS secara rutin.

Dari penuturan Adi, tidak ada anggota yang keluar, namun lebih ke arah vakum karena kesibukan masing-masing, sehingga selalu ada kesempatan untuk kembali.

Bahkan, pria yang akrab disapa Adi Bunder ini juga mengaku dirinya sempat vakum sementara, atas permintaan sang nenek.

Adi sendiri menyebutkan ada istilah khusus bagi para anggota yang kini vakum, atau para founder dan anggota lama dengan istilah "balung pisah".

"Kalau di MMS istilahnya balung pisah, biasanya kalau orang lama ya ikutnya balung pisah, seperti pendiri-pendiri dulu" ujar Adi.

"Tapi kalau ada kegiatan, tetap kami undang, istilahnya ya kami tidak melupakan para pendiri," Adi menambahkan.

Ini menjadi upaya MMS untuk tetap menjaga solidaritas antara sesama anggota, meski kini terpisah jarak.

Sebagai sarana membangun keakraban sesama anggota MMS, sebelum pandemi diadakan kopdar (kopi darat) mingguan di depan Rumah Makan Adem Ayem, Jalan Slamet Riyadi Solo.

Namun, diketahui kegiatan ini ditiadakan karena larangan berkumpul saat pandemi, meski terkadang ada pertemuan anggota korwil.

Selain membangun solidaritas di dalam, MMS juga menjalin hubungan baik dengan klub-klub lain, terutama sesama pencinta motor RX King.

Untuk wilayah Solo Raya, ada banyak klub atau komunitas motor Yamaha RX King, namun menurut keterangan ada empat klub yang tergabung dalam paguyuban Solo Raya.

"Kalau klub ada banyak, tapi kalau istilahnya yang besar, yang ikut paguyuban Solo Raya ada 4 yang resmi gabung, SKY, MY King, SKI, dan MMS," ujar Adi.

Meski berada di klub berbeda, menurut Adi tak ada perselisihan yang terjadi, justru terbangun solidaritas baru.

Tidak jarang klub-klub ini terlibat dalam event yang sama, atau sekadar saling silaturahmi antaranggota klub.

Bahkan, sebelum pandemi ada kegiatan kopdar bersama yang dilakukan anggota MMS, SKC, My King, dan SKI.

"Itu dulu (kopdar) biasanya sebulan sekali, gabung bareng, tempatnya pindah, pindah," ujar Adi. Itu sebelum pandemi, sampai sekarang belum ada lagi," Adi menambahkan.

Selain itu, MMS juga menjalin hubungan dengan klub lain di luar wilayah Solo Raya. Selain silaturahmi, klub-klub lain juga bisa membantu jika ada anggota MMS yang melakukan perjalanan ke wilayah lain.

Hubungan tersebut juga terjalin di sosial media, karena ada grup-grup khusus yang berisi anggota klub-klub dari berbagai wilayah.

Galeri: Komunitas RX King Modified Motor Singo (MMS) Solo

Sisi positif lain juga dirasakan Pria berusia 50 tahun itu dengan adanya solidaritas antarklub RX King.

Seperti saat ia dan anggota MMS akan mengadakan acara di Jepara, melalui pesan di grup sosial media, langsung banyak tawaran dari anggota tim lain untuk memberikan bantuan.

"Itu sebenarnya juga belum kenal, cuma minta bantuan dan langsung direspons, dan dibantu untuk mendapatkan tempat rest, dan lainnya," ujar Adi.

"Nanti di sana sudah ada yang mengondisikan, dari klub RX King Kudus," ujar Adi menambahkan.

Adi menuturkan ada sekitar 80 orang yang ikut dalam kegiatan tersebut, dan langsung mendapat sambutan hangat dari klub di Kudus.

Mengikis Stigma Negatif

Stigma negatif tak jarang menempel kepada para anggota klub motor, tak terkecuali para pencinta RX King.

Suaranya yang khas, ditambah tak jarang muncul kepulan asap yang menghiasi setiap geberannya, membuat motor RX king dicap sebagai motor berisik.

Dalam pengalaman penulis, motor ini bahkan diidentikkan sebagai "motor jambret", "motor preman", dan berbagai istilah lainnya.

Adi tidak memungkiri, terkadang kesan urakan tersebut diberikan kepada para pengguna motor RX King, meski hal-hal negatif hanya dilakukan segelintir oknum.

"Kalau yang urakan gitu, biasanya ya masih anak-anak muda gitu, masih senang-senangnya gitu lah, kalau yang udah dewasa dan lama ikut klub sih enggak," ujar Adi.

"Ini motornya kencang, memang susah, belum digeber saja kencang," ujar Adi sambil bergurau.

Bukan hanya MMS namun Paguyuban Solo Bersatu (MMS, SKC, SKI, My King), telah mencoba untuk mengikis stigma negatif seperti itu.

"Ya kita dari Solo Bersatu (4 klub), sedikit-sedikit menghapus image (negatif) tersebut," ujar Adi.

"Kalau dulu setiap ada kegiatan pasti ada lomba bleyer, ini sudah enggak boleh untuk kegiatan bleyer, biar imagenya bagus gitu," ujar Adi menambahkan.

Terlepas dari image negatif yang muncul, MMS sendiri dikenal sebagai klub yang aktif dalam kegiatan sosial.

Kegiatan sosial tersebut contohnya adalah santunan kepada anak yatim, hingga bakti sosial di panti asuhan.

Belum lama ini MMS juga melakukan tabur benih ikan di sungai sebelah utara Terminal Tirtonadi Solo, bekerja sama dengan Organisasi Masyarakat setempat.

Sementara itu untuk kegiatan sosial lainnya, biasanya dilakukan pada bulan Ramadan. Kegiatan di bulan Ramadan ini menjadi salah satu yang rutin digelar oleh MMS.

Adi pun berharap agar kelak stigma negatif itu lama-lama terkikis dan tak ada kesan buruk yang ditangkap oleh masyarakat.