Proyek elektrifikasi di Indonesia harus dimulai dari sekarang agar kita tidak hanya menjadi penonton saja di kemudian hari.

Bagaimanapun juga Indonesia harus bisa menjadi pemain yang diperhitungkan dalam era industri elektrifikasi.

Mungkin tidak sekarang, tetapi persiapan ekosistem elektrifikasi harus sudah mulai dieksekusi saat ini juga.

Saat ini sudah banyak pabrikan dari negara lain yang sudah memasarkan kendaraan listrik di Indonesia. Hal itu tentu saja sangat menarik perhatian.

Meski ekosistem elektrifikasi di Indonesia masih belum sempurna, namun keinginan orang untuk memiliki kendaraan listrik terus mendapatkan sambutan hangat.

Hal itu bisa dilihat dari besarnya transaksi yang terjadi pada pameran kendaraan listrik pertama di Indonesia yang baru saja berakhir, Periklindo Electric Vehicle Show (PEVS) 2022.

Tercatat, PEVS 2022 sanggup membukukan transaksi sebesar Rp257 miliar pada pameran yang digelar selama 10 hari tersebut.

Galeri: Periklindo Electric Vehicle Show (PEVS) 2022

Bagi sebuah industri otomotif, angka tersebut tentulah sangat kecil. Namun, itu merupakan langkah awal yang sangat baik bagi perkembangan industri kendaraan listrik di Tanah Air.

Apalagi, pada Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) yang akan digelar pada 11 Agustus nanti akan menghadirkan sebuah area untuk menguji (test drive) kendaraan listrik yang diperkenalkan oleh agen pemegang merek (APM).

Ini tentu sangat menarik, Gaikindo sudah tidak malu-malu lagi memperkenalkan teknologi elektrifikasi pada kendaraan yang dipasarkan di Indonesia, meski ekosistemnya masih belum terbentuk sempurna.

Pada sisi lain, Indonesia memiliki sumber daya alam yang sangat berlimpah, khususnya nikel yang menjadi bahan baku pembuatan baterai untuk kendaraan listrik.

Hal ini tentunya harus bisa dimanfaatkan semaksimal mungkin agar Indonesia bisa menjadi pemain yang diperhitungkan dalam industri elektrifikasi global.

Indonesia harus menjadi negara yang diperhitungkan sebagai basis produksi baterai listrik berkualitas wahid yang dibutuhkan oleh industri elektrifikasi dunia.

Rencana investasi industri baterai kendaraan listrik dalam negeri yang mendapatkan guyuran investasi sebesar Rp225 triliun juga patut disambut dengan penuh antusias.

Sebagaimana dikutip dari cnbcindonesia, industri baterai listrik nasional akan mendapatkan investasi hasil kerja sama PT Industri Battery Indonesia atau Indonesia Battery Corporation (IBC) dengan perusahaan Cina, PT Ningbo Contemporary Brunp Lygend Co.Ltd. (CBL), dan LG Energy Solution dari Korea Selatan.

Investasi ketiga perusahaan tersebut mendapatkan apresiasi dari Menteri BUMN Erick Thohir yang menilai investasi tersebut sebagai bukti keyakinan insvestor ke Indonesia.

"Hal ini memberi bukti bahwa investor yakin dengan keseriusan Indonesia dalam pengembangan ekosistem baterai kendaraan listrik," kata Erick Thohir.

Galeri: Pembangunan Pabrik Baterai Listrik Terintegrasi

Perkembangan tersebut tentunya sangat memberikan angin segar terhadap masa depan industri elektrifikasi di Indonesia.

Apalagi, sudah banyak juga pabrikan otomotif yang menunjukkan komitmennya untuk memproduksi kendaraan listrik di Indonesia, seperti Hyundai, Wuling, dan aliansi 5 merek Jepang di Indonesia (Toyota, Mitsubishi, Nissan, Fuso dan Isuzu).

Pada bagian lain, PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) yang berada di bawah BUMN juga sudah menyatakan kesiapannya untuk mendukung perkembangan elektrifikasi di Indonesia.

Bahkan PLN mengajak berbagai pihak untuk bersama-sama membuka Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) dengan skema bisnis yang menguntungkan.