BMW sudah memiliki hubungan dekat dengan Toyota, termasuk berbagi platform dan mesin untuk model Z4/Supra. Namun, pabrikan mobil asal Jerman itu tertarik untuk membawa kolaborasi lebih jauh.

"Dalam beberapa dekade mendatang, kami akan diuntungkan jika memperkuat ikatan ini," kata CEO BMW, Oliver Zipse, dalam sebuah konferensi, dilansir Automotive News Europe.

Kerjasama antara dua automaker ternama itu berjalan hingga 2025. Tetapi Oliver Zipse tak menutup kemungkinan memperpanjang kemitraan lebih lama lagi.

Dalam pandangannya, memiliki sekutu dalam mengembangkan kendaraan sel tunam (fuel cell) diperlukan untuk mendorong teknologi ini di kalangan pembuat kebijakan.

Galeri: BMW iX

Toyota adalah mitra ideal karena pabrikan asal Jepang itu merupakan salah satu dari sedikit brand yang benar-benar menganggap serius teknologi fuel cell ini.

Misalnya, Toyota siap melanjutkan produksi mobil berbahan bakar hidrogen milik mereka, Mirai, dengan model generasi kedua yang mengalami perombakan.

Sedan baru tersebut bakal menampilkan desain eksterior yang lebih konvensional dan beralih ke layout penggerak roda belakang.

Rangkaian tenaganya menghasilkan 30 daya kuda (22 kilowatt) lebih besar dari model pertama, yakni sekitar 182 dk (136 kw). Jangkauan, setidaknya dalam pengujian di Jepang, dilaporkan sekitar 528 mil (850 kilometer).

Dalam pernyataannya, Oliver Zipse juga membahas soal range produk BMW yang terlalu gemuk dan berniat menyederhanakannya.

"Coupe, convertible, dan roadster, kita akan lihat apa yang akan tersisa nanti," lanjutnya.

Ini mengisyaratkan bahwa mobil dari Seri 2, 4, dan 8, ditambah Z4, bisa mengalami pembatalan produksi di masa depan.

BMW hanya akan menambah jajaran crossover, yang sudah berjalan dari X1 hingga X7. Plus, ada iX yang baru diluncurkan, serta spy shot dari pengembangan X8.