General Motors (GM) secara sukarela menarik kembali Chevrolet Bolt EV untuk periode produksi 2017-2019.

Produsen mobil asal Amerika Serikat (AS) itu pun bekerja sama dengan Administrasi Keselamatan Transportasi Nasional (NHTSA).

Lembaba pemerintah tersebut juga telah membuka penyelidikan atas kejadian pada Oktober. Ada lima insiden kebakaran Chevrolet Bolt EV dan tidak ada korban jiwa.

Penarikan kembali ini melibatkan 68.667 unit secara global. Namun, sebagian besar berlokasi di AS yaitu sebanyak 50.925 unit.

Kelima kendaraan yang terlibat dalam insiden kebakaran tersebut memiliki dua kesamaan fundamental.

Memakai baterai yang diproduksi oleh LG Chem di pabrik yang sama di Korea Selatan dan semuanya dalam kondisi terisi penuh atau hampir terisi penuh.

Seorang juru bicara GM tidak dapat memastikan apakah baterai tersebut jadi penyebab insiden ini.

Berbicara dengan media dalam konferensi pers yang diatur secara tergesa-gesa, Jesse Ortega, Kepala Teknisi Chevrolet Bolt EV belum bisa memastikan penyebabnya.

Sementara itu, untuk Chevrolet Bolt EV yang belum terjual, dealer akan menginstal ulang program pengisian baterainya. Dibatasi terisi di posisi 90 persen.

Ortega mengatakan pemilik Chevrolet Bolt EV keluaran 2017-2018 harus menggunakan fitur tertentu yang membatasi pengisian hingga 90 persen.

Sedangkan bagi yang tidak dilengkapi fitur ini, harus secara manual menyudahi pengisian daya saat sudah di angka 90 persen.

Lalu, semua pemilik Chevrolet Bolt EV tersebut harus memarkirkan kendaraan mereka di luar rumah. Jangan di garasi pula hingga didapat solusi untuk masalah ini.

Tidak jelas berapa banyak kendaraan yang ditarik yang sebenarnya berisiko kebakaran. Pada 2019, GM mulai menggunakan baterai yang dibuat di pabrik LG Chem di Holland, Michigan.

Tidak ada masalah dengan itu. Begitu pula dengan Chevrolet Bolt EV keluaran 2020. GM pun juga sudah menyiapkan situs terkait informasi penarikan unit.