Mulai 2030, tak boleh lagi ada penjualan mobil bensin dan di diesel di Inggris. Namun, penelitian terbaru dari Kwik Fit memberikan hasil yang mengejutkan.
Disebutkan hanya delapan persen orang Inggris yang ingin mobil mereka berikutnya bertenaga listrik.
Agar sikap orang berubah, responden meminta infrastruktur pengisian daya perlu ditingkatkan.

Sebanyak 37 persen mengatakan itulah alasan utama mereka tidak mendukung penggunaan mobil listrik.
Alasan paling umum kedua orang menentang penggunaan listrik adalah batasan jangkauan dari satu kali pengisian daya dengan 35 persen responden mengemukakan alasan itu.
Lalu, 33 persen responden meminta penundaan kenaikan biaya di muka untuk membeli mobil listrik dibandingkan dengan mobil bensin, diesel, atau hibrida yang setara.
Alasan | Persentase penolakan mobil listrik |
Kekurangan stasiun pengisian daya | 37% |
Keterbatasan jarak tempuh | 35% |
Harga lebih mahal | 33% |
Tak bisa mengisi daya di rumah | 30% |
Khawatir baterai tidak tahan lama | 26% |
Lebih menyukasi mobil bensin dan diesel | 18% |
Ingin tahu lebih banyak dari mereka yang sudah punya EV | 17% |
Tidak suka desainnya | 11% |
Tidak percaya bisa membuat lingkungan lebih baik | 10% |
Tenaga mobil listrik kurang memuaskan | 9% |
Berdasarkan alasan-alasan tersebut, 30 persen pengemudi mengatakan ketidakmampuan untuk mengisi daya mobil mereka dan dianggap akan menjadi faktor pengganggu.
Ada pula sebanyak 26 persen mengatakan kekhawatiran akan kerusakan baterai membuat mereka menunda pemakaian mobil listrik.
"Meskipun ada banyak pengguna awal mobil listrik, penelitian ini dengan jelas mengidentifikasi satu area penting,” kata Roger Griggs, direktur komunikasi Kwik Fit.
“Itu jadi perhatian pengemudi dan merupakan penghalang terbesar beralih ke mobil listrik. Pemerintah dan industri perlu bekerja sama dalam program pendidikan dan infrastruktur.”
"Pengendara mobil masih harus banyak belajar tentang mobil listrik dan daerah kami perlu lebih siap untuk menghadapi masuknya para pemilik mobil listrik."