Mungkin tidak mengejutkan bagi Anda bahwa mobil berlistrik lebih mudah terjual daripada mobil yang sepenuhnya bertenaga listrik.

Mobil berlistrik lebih populer disebut plug-in hybrid. Memakai dua sumber tenaga yaitu listrik dan mesin bensin sebagai generator pengisian daya.

Lebih murah dan mudah bagi pabrikan karena tak harus melakukan banyak penyesuaian. Terpenting, mobil plug-in hybrid tak perlu melakukan pengisian daya.

Para pemakainya pun merasa jauh lebih nyaman memakai mobil plug-in hybrid. Pastinya karena jauh lebih irit bahan bakar dan tak perlu repot mengisi daya.

Selain itu, saat ini teknologi hibrida ringan (mild hybrid) yang diterapkan di sebagian besar kendaraan baru membuat jumlah mobil macam ini meningkat tajam.

Inilah mengapa laporan yang diterbitkan oleh Bloomberg ini memperkirakan bahwa pada tahun 2024, akan ada sebanyak 25 juta mobil hibrida di jalan.

Jauh lebih banyak jika dibandingkan dengan hanya 10 juta kendaraan listrik penuh dengan pemimpin pasarnya tak lain adalah Tesla.

Kami tak perlu lagi menjelaskan plug-in hybrid dan mild hybrid di sini. Namun, mobil mild hybrid inilah yang jelas membuat seolah-olah ada penjualan dahsyat di kategori ini.

Ini masalahnya. Sekilas saja, mild hybrid adalah mobil yang hampir sepenuhnya memakai tenaga dari mesin bensin.

Sedangkan tenaga listrik yang dipakai sangat kecil. Memang, ada paket baterai lithium dan generator tapi terpakainya sangat singkat.

Sejatinya, para konsumen pemaian mobil ini tidak mencari mobil hybrida. Mobil itu dibeli lantaran itulah yang tersedia di dealer.

Dikipasi lagi oleh sales, jadilah mobil mild hybrid itu dibayar. Dan, mobil macam ini tetap masuk dalam kategori hybrida.

Bergabung bersama plug-in hybrid yang memang ramah lingkungan. Membuat angka penjualan mobil hibrida melonjak drastis secara statistik. Ini celahnya.

Mobil mild hybrid tidak dapat bergerak dengan kekuatan listrik. Tenaga listrik terpakainya saat mobil bergerak dari posisi diam dan dalam tempo semenit, mesin bensin mengambil alih.

Jadi, mobil mild hybrid tidak bisa masuk dalam definisi kekinian soal mobil ramah lingkungan.

Pabrikan membuat mobil mild hybrid dalam rangka mematuhi regulasi yang ketat agar ikut menekan emisi gas buang, terutama di Eropa.

Saat ini, beberapa produsen telah mengumumkan bahwa mereka akan berhenti menjual kendaraan yang tidak dialiri listrik di Eropa.

Honda, misalnya, secara resmi menyatakan tidak akan lagi menjual kendaraan non-listrik di Eropa setelah 2022 dan yang lainnya pasti akan mengikutinya.

Pada sisi yang berbeda, ada estimasi bahwa 9,4 mobil listrik penuh akan dibuat pada 2024 terdengar begitu menggembirakan.

Data ini dilansir oleh HIS Markit dan hanya memasukkan mobil yang bobotnya maksimal enam ton saja.

Pada 2024 itu pula, laporan lain mengatakan mobil listrik penuh akan menjadi mudah dan murah untuk diproduksi seperti kendaraan berbahan bakar gas saat ini.

Analisis oleh UBS mengatakan bahwa pada 2022, biaya baterai diperkirakan turun menjadi di bawah 100 dolar AS (sekitar Rp1,4 juta)  per kWh.

Pada saat itulah, perbedaan biaya produksi antara mobil bensin dan mobil listrik hanya 1.900 dolar AS (sekitar Rp26,8 juta).

Dua tahun kemudian akan tidak ada bedanya. Mobil bensin akan sama dengan mobil listrik untuk kategori mobil produksi massal. Dan, itu terjadi pada 2024.