Mobil ini menuai pujian di media Amerika Serikat sejak 1978 sebagai penemuan kembali mobil sport yang terjangkau. Dianugerahi penghargaan sebagai mobil berorientasi masa depan.
Mazda RX-7 dirayakan dengan antusiasme yang sama saat tiba di ruang pamer dealer Mazda di Jerman pada musim semi 1979.
Siluetnya, mobil sport ramping berbentuk baji dengan pintu belakang kaca yang sangat besar. Dibekali mesin piston rotary baru yang ringkas di posisi tengah depan.
Mazda RX-7 langsung memikat banyak penggemar di negara ini. Hampir 500 ribu unit mobil 2+2 ini terjual di seluruh dunia pada 1985.
Menjadikan Mazda RX-7 sebagai mobil dengan mesin rotary yang paling banyak diproduksi hingga saat ini.
Di Jerman, terjual sekitar 6.000 unit dan menempatkan Mazda RX-7 di posisi terdepan di antara semua coupe sport bermesin rotary.
Mazda RX-7 yang atletis ini tidak hanya menjadi hit dalam statistik penjualan, bahkan mengalahkan saingan terberatnya, yaitu Porsche 924, di Amerika Utara.
Mazda RX-7 juga menjadi yang terbaik di arena balap. Lebih dari 100 kemenangan dan lima kejuaraan yang dimenangkan.
Mobil coupe rotary yang lincah ini jadi lawan yang menakutkan bagi semua mobil bermesin piston Otto.
Faktanya, Mazda RX-7 yang dihadirkan di Jepang dikenal dengan nama Mazda Savanna. Dirancang tak hanya sebagai mobil balap tapi lebih dari itu.
Bisa dilihat dari lampu depan pop-up dan tentu saja mesin rotary yang diproyeksikan bakal jadi masa depan mobil sejenis.
Sebenarnya, pemakaian mesin dengan piston berputar ini tidaklah bagus secara bisnis tapi Mazda tetap memaksakan.
Soalnya, mobil pertama di dunia yang memakai mesin rotary, yaitu NSU Ro80 telah menghentikan produksinya di Jerman dan Eropa pada awal 1977.
Namun, krisis energi global pertama setelah 1973 juga mengganggu kisah sukses Mazda dengan mesin piston putar ini.

Terlepas dari bobotnya yang ringan, desain yang ringkas, dan keluaran daya yang relatif tinggi dengan kehalusan seperti turbin, mesin rotary tetap lebih boros ketimbang mesin piston Otto.
Salut bagi para insinyur Mazda di Hiroshima yang konsisten memakai mesin rotary dua cakram dan bisa menjual lebih dari 900 ribu unit mobil macam ini.
Mereka berhasil membuat mesin rotary “irit” sehingga bisa terima konsumen. Ini irit untuk ukuran mesin rotary.
Bagi Mazda, mesin rotary ini seperti mitos burung Phoenix yang lenyap jadi debu tapi bangkit lagi.
Terinspirasi itu, Phoenix jadi nama proyek di Mazda untuk memikirkan ulang bagaimana inovasi untuk mesin rotary ini.
Dipimpin langsung oleh Head of Development Kenichi Yamamoto (dalam gambar di atas dengan kacamata) dengan target yang sangat berani.
Mazda ingin untuk menghadirkan mobil rotary dengan nilai konsumsi 40 persen lebih rendah daripada sebelumnya.
Pendekatan Yamamoto pun sangat kreatif dan benar-benar baru dalam industri otomotif Asia. Pertama-tama mengembangkan mesin rotary lalu memakaikannya ke mobil.
Mesin tipe baru 12A dengan volume ruang 2 kali 573cc menghasilkan output 105 daya kuda dengan konsumsi dan nilai emisi yang dioptimalkan secara signifikan.
Untuk tujuan ini, cekungan ruang bakar di rotor dirancang dalam bentuk tetesan dan bukan bentuk trapesium. Sistem pembuangan juga dilengkapi dengan tipe baru pasca pembakaran.
Mesin piston rotari datar ini diintegrasikan ke dalam bodi coupe sport aerodinamis sehingga mesin mampu memanfaatkan keunggulannya secara optimal.
Galeri: Mazda RX-7 Generasi Kedua
Berkat konstruksi ringan yang konsisten, Mazda RX-7 hanya memiliki bobot lebih dari 1.000 kilogram tanpa beban.
Membuat Mazda RX-7 mampu bersaing dengan mobil sport yang secara nominal jauh lebih bertenaga. Di atas segalanya, Mazda RX-7 menetapkan standar baru dalam kesenangan berkendara.
Pasalnya, mesin piston rotary kompak dapat ditempatkan di belakang as roda depan guna mendukung distribusi bobot yang hampir ideal antara 52 hingga 48 persen.
Sebelum RX-7, Mazda juga memiliki mobil legendaris bernama Cosmo Sport 110 S 1967. Inilah mobil pertama Mazda yang memakai mesin rotary cakram ganda.
Mazda RX-7 bisa dikatakan sebagai perampingan dari pendahulunya dengan tetap mempertahankan mesin rotary.
Sejak itu, strategi Mazda seakan begitu tepat saat memanfaatkan teknologi yang ada. Baik mobil mesin bensin, mesin diesel, maupun mesin rotary.
Bahkan, Mazda juga berinovasi dengan penggunaan bahan bakar hidrogen ada mesin rotary ini.
Ini ditunjukkan untuk pertama kalinya pada 1991 lewat mobil konsep Mazda HR-X dan pada 2006 oleh Mazda RX-8 Hidrogen RE.
Saat ini, Mazda telah melansir Mazda MX-30. Inilah mobil listrik pertama buatan mereka. Bisa jadi, mesin rotary akan kembali mereka kembangkan di masa depan dengan format listrik.
Namun, Mazda RX-7 tetap menjadi ikon unik di antara semua mobil sport mesin rotary dan telah membuktikan kemampuannya bahkan dalam upaya pemecahan rekor dunia.
Pada 1978, misalnya, RX-7 dipersiapkan secara khusus untuk mencapai kecepatan 296 km/jam dan memecahkan rekor Bonneville Salt Flats, Amerika Serikat (AS).
Garansi 80.000 kilometer, yang merupakan standar di AS, menandai keandalan tak tertandingi mobil mesin rotary ini.
Mazda RX-7 di Eropa mengembangkan putaran hingga 8.000 rpm dan lulus uji pada 1981 lalu menang di ajang di Spa 24 Hours (gambar di atas).
Pada pasar Jerman, Mazda RX-7 ditawarkan dalam tiga generasi hingga 1996, sedangkan di Jepang, mobil dengan kecepatan tertinggi 250 km/jam diproduksi hingga 2003.
Galeri: Mazda RX-7 Generasi Ketiga
Jika kita mengunjungi Mazda Classic - Automobil Museum Frey, dipajang di sana semua berbagai ragam mobil Mazda dengan mesin rotary.
Museum Mazda unik di pusat kota Augsburg ini menghadirkan seluruh parade RX-7. Dari Mazda RX-7 1979 hingga barang langka seperti RX-7 Elford Turbo 1983, yang turun di Grup B di ajang reli.
Ada pula Mazda RX-7 Küwe Cabriolet 1984 dengan bodi seri kecil di Jerman hingga kendaraan pribadi Felix Wankel, Mazda RX-7 Turbo.
Generasi kedua Mazda RX-7, yang dibangun pada 1985 hingga 1992 juga ada. Salah satunya diwakili oleh Mazda RX-7 Turbo Cabriolet 1989 yang mewah. Sedangkan generasi terakhir diproduksi pada 1991 hingga 2003.