Bijih nikel merupakan bahan baku dari komponen baterai kendaraan listrik. Berbagai negara yang beruntung dianugerahi bijih nikel, berlomba-lomba mengolahnya.

Indonesia termasuk salah satu negara di dunia yang memiliki banyak cadangan bijih nikel itu. Hal ini disadari betul oleh para investor asing, terutama produsen baterai.

Di antaranya China’s Contemporary Amperex Technology (CATL), salah satu produsen sel baterai lithium-ion terbesar di dunia.

CATL dikabarkan segera berinvestasi sekitar 5 miliar dolar Amerika Serikat (Rp 70,5 triliun) untuk pabrik barunya di Indonesia.

Tentunya dengan timbal balik yang saling menguntungkan antara pihak CATL dan Pemerintah Indonesia.

Jika pemerintah Indonesia menyetujuinya, CATL akan mendapatkan akses untuk pengolahan nikel di Indonesia.

Kabar tersebut diungkapkan staf khusus Kementerian BUMN, Septian Hario Seto, seperti dikutip dari Reuters belum lama ini.

Galeri: Baterai Tesla 4680

Tentunya jika kedua pihak sepakat, kerja sama ini akan menjadi fasilitas yang sangat besar  bagi produksi baterai untuk kendaraan listrik.

Yang jadi pertanyaan, mengapa CATL memilih Indonesia? Alasan utama, tentunya, Indonesia memiliki banyak nikel.

Data Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral 2019 cadangan bijih nikel nasional mencapai 3,57 miliar ton.

Sedangkan sumber daya nikel bahkan mencapai 9,31 miliar ton. Data tersebut hingga Desember 2018.

Tetapi tentunya Indonesia tidak ingin hanya menjual nikel, melainkan juga ingin melihatnya diproses secara lokal (setidaknya sebagian besar).

"Targetnya mereka (CATL) akan menginvestasikan sekitar 5 miliar dolar AS dan produksi baterai pertama bisa dilakukan pada 2024," kata Septian Hario.

Ia kemudian mengungkapkan CATL telah menandatangani perjanjian dengan PT Aneka Tambang.

Isi perjanjian tersebut adalah mewajibkan CATL memastikan 60 persen nikel diproses menjadi baterai di Indonesia.

"Kami tidak ingin mereka mendapatkan nikel kami tetapi kemudian memprosesnya di luar negeri," Septian menambahkan.

Waktu akan menjawab apakah CATL benar-benar akan tergoda oleh pasokan bijih nikel laterit yang begitu kaya di Indonesia.

Sebab dalam beberapa tahun terakhir, sebagian besar pabrik baterai baru hanya ditempatkan di dekat jalur perakitan mobil listrik.

Kita bisa melihatnya tidak hanya di Eropa. Melainkan juga di Amerika Serikat (di Michigan-GM/LG Chem atau Georgia-SK Innovation).

Pada bulan Juni 2020, Badan Koordinasi Penanaman Modal mengumumkan bahwa LG Chem juga sedang mempertimbangkan investasi di Indonesia.

Dan terkini, pemerintah Indonesia pernah terlibat pembicaraan investasi dengan Tesla, yang diharapkan akan mengirimkan delegasinya ke Indonesia pada Januari 2021.