Betapa kompleksnya sebuah lomba bagi tim mana pun yang jadi kontestannya. Tentu saja bagi pembalapnya juga.

Segalanya dipersiapkan begitu sempurna untuk merebut satu posisi, ya satu posisi yaitu podium pertama.

Si pembalap tersebut harus punya motor terbaik, persiapan paling lengkap, kemampuan tinggi, dan keberuntungan.

Semua itu terakumulasi saat lomba. Perjalanan yang panjang untuk mengantarkan satu motor ke posisi start.

Ada pula kualifikasi yang luar biasa pentingnya demi mencari posisi start terdepan atau sedepan mungkin.

Dari banyaknya pembalap yang ikut dalam start, hasil akhirnya pun ditentukan oleh nasib. Jika ingin lebih spiritual, takdir.

Ada yang jatuh atau motornya rusak sehingga harus DNF atau Did Not Finish. Atau, melaju sangat lambat hingga di-over lap.

Sedikit lebih baik, finis di papan tengah. Bukan juru kunci tapi tetap finisnya tak lagi penting bagi penonton.

Hanya tersedia tiga podium. Mereka inilah para pahlawan. Tiga pembalap terbaik di lomba itu yang menyelesaikan balapan dengan posisi membanggakan.

Benarkah seperti itu? Setidaknya, cobalah anggapan itu disandarkan pada satu pembalap di ajang Superbike Evolution Brasil bernama Andre Verissimo.

Pada lomba terakhir di musim 2020 pada 20 Desember, Andre Verissimo berada di posisi terdepan dan hampir saja jadi pemenangnya.

Ya, hampir yang artinya dia tidak menang. Bukan karena lawan lebih kencang tapi lantaran Andre Verissimo melakukan hal paling konyol di sepanjang kariernya.

Saat garis finis sudah terlihat, Andre Verissimo merasa dialah juaranya, lalu tangannya diangkat untuk melakukan selebrasi.

Sekali lagi, Andre Verissimo belum melewati garis finis. Bahkan, Andre Verissimo hingga berdiri di atas foot step motornya.

Itu artinya, gas ditutup dan kecepatan turun drastis. Andre Verissimo sangat percaya diri mengira dialah yang bakal jadi pemenangnya meski mengandalkan sisa kecepatan motornya.

Betapa terkejutnya Andre Verissimo saat melihat dua rivalnya kian mendekat. Mereka adalah Osvaldo J Filho dan Marcelo Skaf.

Buru-buru Andre Verissimo kembali memacu motornya tapi sudah terlambat. Kemenangan di depan mata di Sirkuit Autodromo Internacional Ayrton Senna di Goiania hilang akibat kekonyolannya.

Kepalan tangan selebrasi Andre Verissimo berubah menjadi tinju kekesalan dan penyesalan yang sudah pasti datang belakangan.

Rekaman terhenti di situ saja. Selanjutnya, silakan bayangkan apa yang terjadi saat Andre Verissimo tiba di paddock-nya.