Penggemar otomotif tentu sudah familiar dengan SSC Tuatara. Nama supercar bikinan Amerika Serikat (AS) tersebut melejit, tapi bukan karena alasan yang positif.
Pada Oktober lalu, SSC Tuatara sempat memecahkan rekor sebagai mobil produksi tercepat di dunia. Hanya saja, torehan tersebut tak diakui karena diwarnai sederet kontroversi.
Mulai dari rekaman attempt mereka yang dicurigai sebagai rekayasa, ditambah keengganan perusahaan rekanan mengonfirmasi data yang dikumpulkan.
Singkatnya, kecepatan rata-rata 316 mil perjam (508,5 kmj) yang mereka catat kala itu sama sekali tak dianggap.
Kini, SSC Tuatara kembali menjadi topik pembicaraan, dan masih dengan nada yang kurang mengenakkan.
Mereka ditenggarai telah melakukan percobaan kedua untuk memecahkan rekor pada 12-13 Desember lalu, namun itu juga tak berjalan sesuai harapan.
Positifnya, kubu SSC diyakini menjalankan semua proses dengan transparan dan terlihat optimistis bisa melewati target 300 mpj dalam waktu dekat.
SSC mengundang tiga YouTuber otomotif terkenal, Shmee150, Robert Mitchell, dan Misha Charoudin, sebagai saksi, tapi hanya Mitchell yang akhirnya bisa hadir di lokasi untuk tes tersebut.
Pengalamannya terangkum dalam video yang kami sertakan pada bagian atas artikel, dan laporan tersebut bisa dibilang cukup detail.
Speed test ini dijadwalkan pada 13 Desember 2020, dengan menggunakan mobil yang sama dari percobaan pertama. Yang berbeda, kali ini pemilik sebenarnya berada di belakang kemudi.
Sehari sebelumnya, ada keinginan untuk melakukan pemanasan karena sang pemilik masih belum terbiasa dengan tunggangan barunya. Sayang, hujan membuat semua rencana berantakan.
Percobaan dialihkan sepenuhnya pada keesokan hari dan ketika itulah problem mulai bermunculan.
Galeri: SSC Tuatara Jadi Mobil Produksi Tercepat di Dunia
Mobil itu sarat dengan sistem elektronik dan sensor yang memantau kecepatan, lokasi, serta berbagai parameter mesin yang berbeda.
Namun, semua monitor dan kabel itu menyebabkan masalah. Singkatnya, penutup mesin terus terbuka karena kabel mengalir bolak-balik ke dalam kokpit.
Itu sebenarnya ketidaknyamanan kecil, tetapi bisa membuat berbagai peralatan pemantauan suhu dicabut.
Hal itu berujung pada panas yang berlebihan pada mesin, dan menyebabkan dua busi gagal beroperasi. Sungguh disayangkan karena itu terjadi pada hari terakhir percobaan.
Namun di balik itu, ada hal-hal menarik. Misalnya, Mitchell mengungkapkan bahwa SSC sebenanya menurunkan tenaga mobil saat sang pengemudi sedang menyesuaikan diri.
Pada putaran terakhir itu, SSC Tuatara mampu mencapai 251,2 mpj meski hanya menggunakan setengah landasan pacu, dorongan yang berkurang, serta dua silinder mati.
Mitchell cukup optimistis Tuatara akan sukses membuat rekor kecepatan tertinggi mobil produksi. Tapi, apakah mereka bisa mengulangi rata-rata 316 mpj, masih dipertanyakan.
Upaya ketiga dilaporkan dalam tahap perencanaan. Sebelum itu terjadi, sebaiknya Anda menyimak ulasan lengkap Robert Mitchell dalam video di atas.
Sumber: Robert Mitchell via YouTube