Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Erick Thohir, menegaskan kesiapan Indonesia untuk menjadi pemain utama dalam industri mobil listrik.

Ketika dunia mulai beranjak menggunakan kendaraan bebas emisi, Indonesia diharapkan mampu ikut mengambil peranan penting.

Hal tersebut dilontarkan Erick sambil melakukan uji coba mengendarai mobil listrik di Bali, Sabtu (2/1/2020) kemarin.

"Saya sudah perintahkan PLN untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dan mengubah strategi bisnis pasca pandemi. Alhamdulillah, PLN sudah on-track dan sudah ikut dalam konsorsium BUMN untuk pembuatan EV battery, bekerja sama dengan perusahaan dari Korea dan Cina," jelas Erick, dilansir situs resmi BUMN.

"Insya Allah, pada Februari nanti, saya juga akan mulai membuka pembicaraan dengan Tesla untuk mengembangkan kerjasama tersebut lebih jauh."

Selain mengantisipasi mobil listrik, tambah Erick, sudah seharusnya juga PLN aktif mengembangkan kompor listrik. Hal tersebut diyakini sebagai solusi menekan impor bahan bakar.

Menteri BUMN, Erick Thohir, dalam uji coba mobil listrik di Bali, Sabtu (2/1/2020).

Ada sejumlah alasan mengapa Indonesia akan menjadi pemain utama industri mobil listrik.

Ini sejalan dengan misi Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang ingin mendorong Indonesia menjadi pemain utama dalam industri mutakhir, karena sumber daya alam tanah air sangat mendukung.

Sebagai salah satu negara dengan sumber daya nikel yang terbesar, hal ini mendukung Indonesia jadi produsen utama sumber daya baterai mobil listrik.

"Baterai sendiri merupakan komponen utama dalam produksi mobil listrik. Dengan kekayaan alam yang kita miliki, tentu harus didukung pula dengan kualitas sumber daya manusia kita agar mampu menjadi produsen utama dalam industri mobil listrik," lanjut Erick.

Dari sisi biaya operasional, penggunaan mobil listrik dinilai juga lebih efisien dibandingkan mobil berbahan bakar bensin.

Bahkan, PLN juga telah menyiapkan diskon untuk tambah daya dan diskon sebesar 30 persen untuk tarif charging mobil listrik di rumah pada malam hari.

"Hanya seperlima dari mobil BBM. Jika untuk jarak tempuh yang sama mobil biasa butuh biaya 500 ribu (rupiah) misalnya, mobil listrik ini hanya butuh 100 ribuan," katanya.

"Sudah diujicoba oleh Komisaris PLN. Jakarta Bali hanya butuh 200 ribuan. Kalau dengan mobil biasa, BBMnya habis sekitar 1,1 juta," imbuhnya.

Penggunaan mobil listrik juga lebih ramah lingkungan karena menghasilkan emisi CO2 yang lebih sedikit dibandingkan mobil bensin.

Sehingga akan meningkatkan kualitas udara dan mendukung pencapaian target pengurangan emisi gas rumah kaca nasional.