Sebanyak sepuluh pengendara motor perempuan terlihat mengendarai motor Royal Enfield mengelilingi Jakarta.

Mereka merupakan perempuan-perempuan tangguh yang menyukai bersepeda motor.

Royal Enfield mengajak kesepuluh perempuan itu menikmati sensasi pure riding.

Meski mereka berasal dari generasi, latar belakang, dan minat yang berbeda namun ke-10 rider perempuan itu terlihat menikmati acara riding eksklusif ini.

“Royal Enfield berkomitmen memberikan pengalaman riding terbaik untuk semua pengendara dan penggemar otomotif, tanpa membeda-bedakan gender," kata Vimal Sumbly, Head of International Business APAC, Royal Enfield.

"Di Indonesia, kami melihat semakin banyak pengendara perempuan memilih Royal Enfield karena desain motor yang stylish, klasik, serta kemudi yang mudah dikendalikan."

"Menariknya, motor kami juga sangat mudah dikustomisasi, sehingga setiap pengendara bisa menyesuaikan ukuran, ketinggian, hingga tampilan motor sesuai dengan preferensi mereka,” kata Vimal.

Kebersamaan di aspal menjadi pemicu kebahagiaan tersendiri bagi 10 pengendara perempuan yang mengikuti kegiatan riding International Women’s Day bersama Royal Enfield.

Menekuni hobi yang identik dengan dunia maskulin membuat para pengendara perempuan ini menjalin kedekatan yang lebih antara satu sama lain.

Meski dengan latar belakang berbeda sebagai atlet, wirausaha, ibu rumah tangga, hingga fotografer - ketika memacu motor, mereka semua menjadi saudara. Inilah arti sisterhood on the road yang sesungguhnya!

“Bagi saya, riding adalah proses pembelajaran tentang orang, lingkungan, dan bagaimana kita harus bersikap dengan orang lain."

"Melalui riding, kita bisa banyak mengenal karakter-karakter orang yang berbeda."

"Riding adalah pelepasan dari rasa bosan, capai, ataupun kesal. Saya benar-benar bisa jadi diri sendiri."

"Bisa bercanda dan sharing bersama mereka itulah yang membuat momen riding lebih hidup," ujar Pramitha Dina Kesuma, peserta riding yang seorang ibu rumah tangga.

Galeri: Royal Enfield Riding Eksklusif

Banyak peristiwa menarik yang dialami oleh para rider perempuan ini terkait pengalaman mereka saat bersepeda motor.

Johana Krisna Murti, Co-founder Aksara Jiva mengaku saat solo riding ke Bali dirinya banyak sekali mendapatkan kebaikan-kebaikan yang tidak terduga dari orang-orang yang ditemuinya sepanjang perjalanan.

Sementara Siti Riskiani Herlaksitta (Sitta), seorang wirausaha, pernah melakukan riding bersama Sang Ayah ke Pangandaran. Sitta mengaku suka dengan motor bergaya kalsik.

“Setiap kali riding, saya selalu teringat dengan almarhum Bapak."

"Ada kata-kata beliau yang masih terkenang sampai sekarang. Katanya, kalau naik motor Classic jangan kencang-kencang, karena justru motor itu yang menarik biar dilihat sama orang. Hahaha,” ujar Sitta.

Lain lagi yang dialami Cassandra Gautama, wirausaha dan fotografer profesional. Bagi Cassandra, pengalaman mengendarai motor selalu lebih seru, karena riding bisa membangkitkan adrenalin.

Konvoi bersama teman-teman terasa mengasyikkan karena lebih ramai, tapi Cassandra juga menyukai sensasi berkendara sendiri, karena terasa refreshing, ibarat menyendiri dari hiruk pikuk dan rutinitas.

“Stigma bahwa motor itu cuma buat laki-laki harus dihapus. Zaman sekarang perempuan punya mobilitas tinggi, berhak juga untuk punya komunitas motor sendiri."

"Tapi, yang penting mentalnya harus siap dan gear-nya juga harus pilih yang fungsional dan cocok dengan kebutuhan masing-masing,” katanya.