Secara alamiah, sebuah produk mengikuti situasi dan kondisi manusia. Apa yang ada di masa lalu belum tentu bisa diterapkan lagi di masa kini atau bahkan masa depan.

Begitu pula dengan kendaraan, dalam hal ini mobil. Tentu saja semua akan menjadi listrik dan perlahan mobil dengan mesin pembakaran internal akan tereduksi dalam produksinya.

Lebih dari itu, ada kondisi yang memaksa pabrikan untuk mengikuti situasi terkini yang merujuk pada masalah lingkungan dan keselamatan.

Masalah lingkungan begitu luas cakupannya tapi untuk soal keselamatan sangat bisa dituangkan dalam aspek teknis.

Langsung muncul dalam benak kita adalah fitur keselamatan yang makin hari makin canggih. Kata canggih juga hal alamiah karena teknologi terus berkembang.

Tatkala fitur keselamatan di sebuah mobil makin canggih, maka begitu pula performa mesin mobil tersebut.

Kecanggihan teknologi mesin di mobil bensin atau motor listrik di mobil listrik berbanding lurus dengan kecepatan.

Dan, kecepatan dituding jadi sumber utama kecelakaan lalu lintas yang berakibat fatal atau malah kematian.

Merujuk pada situasi itu, pabrikan asal Prancis, Renault langsung mengeluarkan resolusi teknis untuk semua produknya.

Kini, sudah ditetapkan bahwa semua mobil yang memakai emblem Renault akan dibatasi kecepatannya hingga maksimal 180 km/jam.

Padahal, untuk situasi saat ini, membuat mobil berlari di angka 200-220 km/jam bukan perkara sulit bagi pabrikan mana pun.

Adalah Luca De Meo, CEO Renault, yang telah menetapkan pihaknya ingin ikut serta aktif dalam kampanye keselamatan dan mengurangi kecelakaan di jalan raya.

Untuk mencapai ini, Renault ingin mencegah kecelakaan dan memfasilitasi pekerjaan layanan darurat dengan lebih baik.

Salah satu caranya adalah menetapkan semacam skor keselamatan yang akan disiapkan untuk menganalisis data mengemudi.

Akan ada sensor yang ditempatkan pada kendaraan dan mendorong mengemudi untuk berkendara dengan lebih aman.

Sistem ini juga berfungsi semacam pelatih keselamatan yang bisa memberi tahu potensi risiko nyata dalam perjalanan.

Termasuk menunjukkan tempat-tempat yang secara statistik rawan kecelakaan saat sedang dalam perjalanan.

Dengan pemikiran inilah Renault ingin membatasi kecepatan hingga 180 km/jam di semua mobil mereka mulai 2022.

Model pertama yang dibatasi kecepatannya adalah Renault Megane-E yang akan dilengkapi dengan penyetelan otomatis untuk kecepatan pengaturan dan disetel secara default.

Jika Dacia juga terpengaruh oleh batas kecepatan ini hingga 180 km/jam, kami tidak tahu mobil apa jadinya nanti.

Bisa dibilang Renault memang masih mempertimbangkan untuk membiarkan Alpine melaju lebih dari 180 km/jam.

Sebagai pengingat, Renault bukanlah yang pertama berencana membatasi kecepatan maksimum mobilnya.

Volvo juga membatasi, dan ini sejak tahun lalu, pada 2020, mobilnya hanya bisa mencapai 180 km/jam. Catatan, batasan maksimal kecepatan di jalan Prancis adalah 130 km/jam.