Dalam sudut pandang ekonomi dan komersialitas, sukses atau tidaknya sebuah produk dilihat dari volume penjualannya.

Langsung saja, bahwa kita sedang membahas mobil listrik yang sejauh ini masih identik dengan Tesla, pabrikan asal Amerika Serikat yang sudah mendunia.

Penjualan Tesla, khususnya Model 3 melesat sendirian meninggalkan rival mereka di kategori yang sama, yaitu mobil listrik murni.

Lalu, mulai berpindah pada aspek lain, yaitu proses produksi sebuah mobil listrik yang salah satu komponen utamanya adalah Lithium yang digunakan sebagai sel baterainya.

Logika sederhananya, pastilah Tesla yang hingga saat ini terhitung sebagai pabrikan yang paling banyak memakai Lithium untuk produksi mereka.

Sejatinya, ini logika yang sederhana saja. Makin tinggi angka penjualan Tesla, maka mobil yang dibuat pun banyak, maka kebutuhan Lithiumnya pun jadi yang tertinggi.

Menurut laporan terbaru dari Adamas Intelligence, pada 2020, Tesla melepaskan 18.700 ton setara Lithium karbonat (LCE) ke jalan raya secara global.

Lithium sebanyak itu untuk semua model Tesla dan yang dibuat di pabrik mana pun yang mereka miliki yang tersebar di beberapa lokasi di dunia.

Adamas Intelligence memperkirakan bahwa pemakaian Lithium oleh Tesla melebihi konsumsi yang dihabiskan oleh empat merek sekaligus.

Keempat merek tersebut adalah BYD, VW, Renault dan Audi. Jadi, konsumsi Lithium yang dihabiskan oleh keempat merek tersebut jika digabungkan masih kalah oleh Tesla seorang.

Rincian Pemakaian

Jika dirinci, tentu saja Tesla Model 3 yang terbanyak memakai Lithium, yaitu sebanyak 67 persen total yang dikonsumsi Tesla.

Wajar, lantaran Tesla Model 3 adalah yang paling populer sehingga penjualannya paling tinggi dan tentu saja produksinya yang terbanyak.

Sisanya, Tesla Model Y sebanyak 17 persen. Lalu, Tesla Model S dan Model X sebanyak 16 persen saja.

Lalu, wilayah mana yang terbanyak terdapat Lithium di jalan raya. Tentu saja, Amerika Serikat sebagai negara asal Tesla.

Total, ada 47 persen baterai Lithium yang beredar di jalan-jalan di AS. Berikutnya, di Asia-Pasifik sebesar 34 persen, Eropa 19 persen, dan wilayah lain kurang dari satu persen.

Jadi, jika ditarik kesimpulan yang lebih umum lagi, bisa dinyatakan secara garis besar bahwa AS jadi negara dengan mobil listrik terbanyak yang berada di jalanan.