MotoE adalah ajang balap motor listrik utama. Jadi, jangan harap kita bisa melihat knalpot dan suaranya yang keras itu di lintasan.

Meski demikian, data dan kemajuan dari tim balap kelas dunia yang berlaga di sana telah membantu Energica mengembangkan produk untuk jalan raya.

Energica sendiri adalah pabrikan motor listrik yang saat ini yang paling serius mengembangkan produknya.

Pengembangan awal dari lintasan balap itulah yang terus diaplikasikan untuk motor jalan raya yang diproduksi massal.

Sebagai pemasok ban di ajang MotoE, Michelin memiliki tujuan yang sama. Memang, pabrikan ban asal Prancis ini tidak asing dengan inisiatif produk ramah lingkungan.

Baru-baru ini mereka berkomitmen untuk memproduksi 100 persen ban berkelanjutan pada 2050 dan memperjuangkan metode daur ulang botol plastik untuk digunakan sebagai ban.

MotoE Michelin Tires - Carbon Black
Carbon Black
MotoE Michelin Tires - Scrap Metal
Scrap Metal

Sekarang, Michelin menerapkan rumus kimia khusus agar bisa mendaur ulang ban slick untuk dipakai di ajang MotoE.

Setiap balapan akhir pekan, tim MotoE menerima jatah 16 ban. Alokasi ban itu terdiri dari empat ban depan dan lima ban belakang serta tiga bagian depan dan empat bagian belakang basah.

Kebanyakan ban slick tidak bertahan lebih dari satu sesi, karena pembalap memprioritaskan cengkeraman daripada pemakaian keberlanjutan.

Hal ini membuat banyak ban tidak terpakai. Kini, Michelin sedang merintis cara untuk memulihkan dan menggunakan kembali sumber daya yang hilang tersebut.

Bermitra dengan perusahaan daur ulang Swedia Enviro, Michelin akan menerapkan metode pirolisis yang dipatenkan untuk mengekstrak komponen utama dari ban bekas.

Dari ban yang sudah rusak, bahan karbon hitam yang dipulihkan dapat digunakan kembali untuk ban balap berkualitas tinggi.

Kawat baja sisa juga dapat digunakan kembali di fasilitas peleburan Enviro dan Michelin sehingga bisa kembali jadi material penguat pada ban daur ulang tersebut.

Michelin berharap proses baru ini akan meningkatkan angka keberlanjutan perusahaan yang sudah mengesankan.

Ajang MotoE saat ini menghadirkan ban belakang yang terdiri dari 40 persen bahan yang ramah lingkungan dan ban depan dengan 33 persen bahan yang ramah lingkungan.

Untuk mencapai tujuan tersebut, Michelin menggunakan bahan-bahan seperti kulit jeruk dan lemon, getah pinus, minyak bunga matahari, dan getah hevea.

Sedangkan material utamanya adalah ban truk dan mobil yang sudah usang, lalu baja bekas sebagai pengganti aditif berbasis minyak bumi.

Selama tujuh balapan musim MotoE 2021, Michelin memperkirakan 4,6 ton bahan ramah lingkungan akan masuk ke ban buatan mereka.

Artinya, akan banyak sekali memerlukan kulit jeruk dan berbagai getah, tapi ini jauh lebih baik daripada bahan alternatif yang berasal dari kimia.

Tentu saja, jika Michelin dapat menerapkan proses pirolisis Enviro secara lebih luas. Hal itu juga dapat mengurangi jumlah minyak mentah yang digunakan untuk menghasilkan karbon hitam baru.

Serupa dengan perkembangan Energica, semoga Michelin juga dapat menerapkan teknologi untuk barang-barang konsumen dalam waktu dekat.