Merek mobil asal Cina, Chery, memiliki sejarah panjang dalam industri otomotif. Bahkan, pabrikan yang bermarkas di Wuhu, Anhui, Cina itu juga pernah hadir di pasar Indonesia.
Sayang, perjalanan Chery di Tanah Air hanya seumur jagung. Debut pada 2006 dan hengkang pada 2016. Dalam kurun waktu satu dekade, penjualan Chery di Indonesia masih kalah dengan merek lainnya, khususnya Jepang.
Melansir dari data Gabungan Industri Otomotif Indonesia (Gaikindo), penjualan wholesales Chery pada tahun pertama yakni 269 unit. Kemudian pada tahun kedua, penjualan meningkat menjadi 759 unit.
Penjualan terbaik Chery di Indonesia terjadi pada tahun ketiga atau pada 2008 yakni 853 unit. Namun kondisi tersebut berbalik pada tahun berikutnya. Anjlok menjadi 407 unit.
Kemudian naik kembali pada tahun 2010 menjadi 528 unit. Setelah itu, penjualan Chery lagi-laggi anjlok pada tiga tahun berturut-turut setelahnya.
Bahkan, pada 2013 hingga 2015 tak ada mobil Chery yang terjual. Hingga pada 2016, nama Chery tak lagi ada dalam penjualan Gaikindo.
Kini, nama Chery kembali muncul. Hal ini diketahui setelah adanya unggahan di akun media sosial Instagram @cherymotorsindonesia. Dalam keterangannya, Chery mengisyaratkan akan kembali bersaing dengan pabrikan lainnya.
"Chery berkomitmen untuk menghadirkan teknologi yang canggih dan pengalaman berkendara bagi pengguna Indonesia, bersama dalam menjelajahi kegembiraan dalam kehidupan dan membuka harapan indah di masa depan," tulis akun @cherymotorsindonesia.
Dalam unggahan tersebut, Chery juga menyematkan mobil jenis SUV. Kami masih menunggu kabar resmi dari Chery untuk perkembangan berikutnya.
Jika merujuk pada data, mobil pabrikan asal Cina memang menghiasi Indonesia. Wuling dan DFSK belakangan menunjukkan daya saing dengan pabrikan lainnya.
Pada awal kemunculannya pada 2017, Wuling langsung menggeberak pasar dengan menawarkan mobil LMPV seharga LCGC.
Keserius Wuling garap pasar Indonesia pun tak main-main. Pabrikan asal Jepang itu, menanamkan investasi senilai 700 juta dolar AS (sekitar RpRp9,3 triliun) dengan kurs 2017 guna membangun pabrik di Cikarang, Jawa Barat.
Pabrik seluas 60 hektare tersebut memiliki kapasitas produksi 120.000 unit per tahun. Angka itu setara dengan 10 persen rata-rata produksi mobil di Indonesia setiap tahun sebelum pandemi Covid-19.
Pun demikian dengan DFSK. Perjalanan DFSK di Indonesia resmi dimulai sejak peresmian Pabrik DFSK di Kawasan Industri Modern Cikande pada 28 November 2017, yang dapat memproduksi hingga 50.000 unit kendaraan per tahun.
Komitmen membangun pondasi mobilitas yang kuat, ditunjukan oleh DFSK melalui investasi mencapai 150 juta dolar AS (Rp2,1 triliun) untuk pembangunan pabrik di Indonesia.