Ya, benar, pada tahun 1990-an terjadi kolaborasi antara Mercedes-Benz - kemudian Daimler-Benz AG - dan Porsche untuk membangun Mercedes-Benz 500 E.
Dalam merayakan ulang tahun ke-30 mobil sedan sport tersebut, Porsche memandu kami untuk mengikuti proses pengembangan mobil yang mulai diproduksi pada Februari 1991 itu.
Perancang mobil asal Italia, Bruno Sacco, bertanggung jawab atas pengerjaan bodi, yang jauh lebih maju dari masanya.
Terlepas dari lambang Mercedes-Benz yang menonjol pada kap mesin, banyak elemen desain termasuk bemper, lampu depan, dan lampu belakang yang lebih terintegrasi ke dalam bodi.
Mercedes-Benz 500 E menghasilkan koefisien drag (hambatan) 0,26, sehingga menjadikannya sebagai salah satu sedan aero paling efisien yang pernah ada.
Seperti diketahui, semakin kecil angka koefisien drag suatu kendaraan, semakin maksimal gerak mobil dan tentunya akan meningkatkan efisiensi bahan bakar kendaraan.
Galeri: Mercedes 500 E dalam Edisi Ulang Tahun Ke-25
Pada bagian powertrainnya, Mercedes juga mempekerjakan Porsche untuk merekayasa ulang ruang mesin.
Alhasil, tersedialah ruang bagi mesin V8 Mercedes-Benz 500 SL yang terpasang pada mobil asal Jerman tersebut.
Pada saat itu, kendaraan itu dirancang dengan mesin yang lebih kecil dan lebih hemat bahan bakar untuk mengatasi kekurangan bahan bakar yang melanda Amerika Serikat.
Pembaca yang paham pastinya akan tahu, bahwa baik Mercedes-Benz 500 E maupun 500 SL sebenarnya menerima varian mesin yang digunakan pada Sauber C9.
Seperti diketahui, Sauber C9 merupakan salah satu dari dua Mercedes yang sukses memenangkan ajang balapan LeMans 24 Hours. Sauber C9 menjuarainya pada 1989.
Kami sebelumnya sudah menulis seluruh artikel tentang mesin yang digunakan pada Mercedes 500 E, maka itu kami segera beralih ke bodi, yang juga dibuat oleh Porsche.
Pada bodi Mercedes-Benz 500 E ini terdapat fender flare yang lebih lebar. Menyembunyikan komponen suspensi dari Mercedes-Benz 500 SL dan SEL.
Sehingga, membuat Mercedes-Benz 500 E tidak dapat masuk melalui jalur produksi yang ada.
Untungnya, Porsche menyelamatkan hari itu, berkat jasa dari bengkel karoseri Reutter di Jerman untuk mengumpulkan hingga 20 unit per hari.
Meskipun tidak terdeteksi, aliansi produksi antara kedua pembuat mobil asal Jerman tersebut tetap merupakan salah satu pasangan terbesar dalam dunia otomotif.
Hasil akhirnya adalah, salah satu sedan paling menakjubkan yang pernah dibuat. Dan mungkin menjadi yang terbaik di antara jajaran seri W124 buatan Daimler-Benz pada 1984-1997.
Sumber: Porsche via YouTube