Upaya untuk melakukan percepatan kehadiran kendaraan listrik (electric vehicle- EV) terus dilakukan pemerintah. Salah satunya dengan melakukan kunjungan ke Jepang.
Kunjungan ini dianggap sangat penting mengingat Jepang merupakan negara yang memiliki investasi besar di Indonesia selama ini.
Jepang saat ini memang masih menjadi negara yang memiliki habitat terbesar di Indonesia untuk produk otomotif.
Pemerintah melalui Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus melakukan pendekatan agar Jepang tetap bisa memberikan kontribusinya pada otomotif nasional.
Kunjungan yang dilakukan Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita beberapa waktu lalu bertemu dengan prinsipal industri otomotif di Jepang, seperti Toyota, Honda, Suzuki, dan Mitsubishi.
Menteri Perindustrian mengungkapkan, salah satu hasil pertemuan dengan para prinsipal industri otomotif di Jepang pada Maret 2021 adalah tercapainya komitmen investasi baru dari Toyota Motor Corporation sebesar Rp28,3 triliun pada 2024.
Selanjutnya, Honda Motor Company juga menyampaikan komitmen investasi sebesar Rp5,2 triliun hingga 2024, dan Suzuki Motor Corporation sebesar Rp1,2 triliun, serta Mitsubishi Motor Corporation sebesar Rp11,2 triliun sampai tahun 2024.
Investasi itu akan digunakan untuk mengembangkan model-model terbaru ke-4 perusahaan otomotif tersebut. Selain itu juga untuk mengembangkan pasar ekspor baru dari produk yang dihasilkan.
Seperti Honda yang saat ini pasar ekspornya hanya ke 12 negara. Dengan investasi baru nanti diperkirakan ekspor Honda dari Indonesia akan menjangkau 31 negara.
“Hal ini menunjukan Indonesia masih menjadi negara tujuan utama investor dalam pengembangan industri kendaraan bermotor,” ujar Agus Gumiwang.
Menperin menambahkan, baterai akan menjadi komponen paling penting dalam EV yang mewakili 35% dari biaya pembuatannya.
Dalam hal ini, sektor manufaktur Indonesia memiliki keunggulan untuk memproduksi baterai yang terbuat dari Baterai Lithium Ion berbasis nikel. “Indonesia memiliki sumber daya berupa cadangan nikel terbesar secara global,” kata Menperin.
Menperin menyebutkan, saat ini ada sembilan perusahaan yang mendukung industri baterai.
Selain itu, ada lima perusahaan penyedia bahan baku baterai terdiri dari nikel murni , kobalt murni , ferro nikel, endapan hidroksida campuran, dan lain-lain.
Kemudian, empat perusahaan yang merupakan produsen baterai.
“Dengan demikian, Indonesia mampu mendukung rantai pasokan baterai untuk kendaraan listrik mulai dari bahan baku, kilang, manufaktur sel baterai dan perakitan baterai, manufaktur EV, hingga daur ulang EV,” ujar Menperin saat menjadi pembicara di Investor Daily Summit 2021.