Toyota menangguhkan layanan antar-jemput e-Palette setelah kendaraan otonom itu menabrak seorang pejalan kaki pada gelaran Paralimpiade Tokyo 2020.
Shuttle tersebut, yang diluncurkan pada 2019 sebelum pandemi virus corona menghantui dunia, dirancang untuk mengangkut para atlet di perkampungan Paralimpiade.
Namun, satu insiden dengan atlet tunanetra pada Kamis (26/8/2021) kemarin, memaksa Toyota menghentikan sementara layanan tersebut.
Sang produsen mobil mengatakan bahwa mereka siap bekerja sama dengan polisi dalam melakukan penyelidikan, serta berencana untuk menggelar "investigasi internal menyeluruh" atas penyebab kecelakaan itu.
CEO Toyota, Akio Toyoda, dalam keterangan via YouTube, mengakui bahwa kecelakaan tersebut membuktikan kendaraan otonom memang "belum realistis untuk jalanan publik."
Insiden nahas itu juga terjadi di tengah adanya peningkatan sorotan terhadap sistem mengemudi semi-otonom, serta keamanan dan kemampuannya untuk eksis di dunia nyata.
Galeri: Toyota e-Palette "Tokyo 2020 Version"
Menurut Reuters, shuttle e-Palette menabrak sang atlet dengan kecepatan sekitar 1 atau 2 km/jam. Akibatnya, korban mesti dibawa ke pusat medis untuk perawatan.
Dalam sebuah pernyataan yang dirilis tak lama setelah insiden, Toyota secara resmi meminta maaf kepada sang atlet dan berharap dia segera pulih.
Atlet tersebut dijadwalkan bertanding pada Sabtu pagi, dan dikatakan sudah bisa berjalan kembali ke kediamannya.
Sedikit kronologi, shuttle Toyota berada di pertigaan dan siap berbelok dengan kendali manual, ketika dia menabrak atlet yang sedang berjalan kaki.
“Kendaraan sudah pasti lebih kuat dari seseorang. Jadi, saya sangat khawatir tentang bagaimana kondisi korban,” tambah Toyoda dalam pernyataannya.
Toyota meluncurkan e-Palette pada 2019 dengan penggerak otonom SAE Level 4, dirancang untuk manuver kecepatan rendah.
Kendaraan ini hanya mampu melaju sampai 12 mil/jam (20 km/jam).
Shuttle e-Palette dirancang dengan lantai rendah, pintu besar, dan jalur listrik. Jadi, mereka yang menggunakan kursi roda juga bisa keluar-masuk kendaraan dengan mudah.
Insiden yang dialami Toyota adalah pengingat bahwa kendaraan yang full otonom masih butuh bertahun-tahun lagi untuk menjadi transportasi mainstream di dunia nyata.
Galeri: Kendaraan Listrik Resmi Olimpiade Tokyo 2020
Sumber: Reuters, Toyota, トヨタイムズ / YouTube, The Wheel Network / YouTube