Pabrikan mobil, besar maupun kecil, sudah memulai transisi untuk hanya memproduksi kendaraan listrik.

Ini akan menjadi proses panjang bertahun-tahun dan dapat dengan mudah tertunda, meskipun tujuannya adalah untuk membantu mengurangi emisi gas rumah kaca.

Bagi BMW, elektrifikasi berarti lebih dari sekadar membangun EV.

Brand Jerman itu memiliki ide besar untuk mengubah seluruh siklus hidup mobil - termasuk rantai pasokan - menjadi lebih berkelanjutan dan efisien daripada saat ini,

Dan, sudah pasti, mereka juga akan menggunakan bahan daur ulang.

Kita akan melihat program pertamanya di Munich Motor Show, pekan depan, ketika perusahaan memperkenalkan konsep BMW i Vision Circular.

BMW menyebutnya sebagai "kendaraan visioner" yang dirancang untuk memenuhi empat prinsip perusahaan: Re:think, Re:duce; Re:use, Re:cycle.

Keempatnya fundamental untuk gagasan ekonomi sirkular mereka.

Konsep ini akan membayangkan seperti apa mobil pada 2040, sembari mewujudkan tujuan BMW untuk menjadi salah satu produsen mobil “premium” yang paling berkelanjutan.

Gambar teaser itu tidak benar-benar menunjukkan kendaraan, meskipun kita bisa melihat tumpukan bahan bekas yang membentuk bayangan berbentuk mobil.

Kami menduga itulah kendaraan yang akan diluncurkan nanti, terlihat seperti hatchback tiga pintu nan kompak.

Mobil itu memiliki bagian depan yang ramping, dengan kap yang mengalir ke kaca depan untuk aerodinamis dan efisiensi lebih baik.

Jangan berharap varian M dari model ini.

Ide BMW adalah untuk mengurangi ketergantungan terhadap material baru yang menguras lebih banyak sumber daya dan menghasilkan lebih banyak emisi berbahaya.

Perusahaan yang berbasis di Munchen itu menetapkan target besar.

Mereka ingin mencapai pengurangan 50 persen dalam emisi CO2 global pada 2030, sambil mengurangi kadar emisi mobil sebesar 40 persen selama siklus hidupnya.

BMW berencana mewujudkannya dengan menjual 10 juta EV dalam 10 tahun.

Porsi ekonomi sirkular dari rencana BMW ini termasuk meningkatkan penggunaan bahan sekunder (daur ulang) hingga 50 persen.

Ide ekonomi sirkular untuk mobil jelas sangat berani, meskipun ada beberapa komplikasi.

Proses daur ulang yang tidak tepat bisa menurunkan kualitas bahan ke titik di mana mereka tidak lagi dapat digunakan dalam manufaktur otomotif.

EV sendiri menimbulkan masalah karena tingginya tingkat kobalt, nikel, aluminium, dan komoditas lain yang dibutuhkan dan harus dibeli untuk produksi baterai.

Mungkin butuh 20 tahun sebelum ekonomi sirkular benar-benar menjadi kenyataan.