Insan motorsport Indonesia boleh berbangga dengan kehadiran Sirkuit Mandalika di Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat.

Sebuah sirkuit bertaraf internasional dengan fasilitas terbaik dan dipuji oleh berbagai tokoh balap dunia.

Keberhasilan menggelar event dunia pertamanya, yaitu WSBK turut membuat nama Indonesia dikenal seantero jagat.

Memang itulah salah satu tujuan dibangunnya Mandalika, untuk mengangkat nama Indonesia di mata dunia, khususnya di dunia motorsport.

Sudah pasti ada tujuan mulia lainnya yang ingin dicapai, di antaranya dapat mencetak pembalap nasional untuk dapat berbicara di tingkat internasional.

Dengan kata lain, kehadiran Mandalika diharapkan dapat mendorong prestasi balap tanah air.

Mungkinkah? Jelas sangat mungkin. Hanya diperlukan dukungan lain selain sarana yang keren seperti Sirkuit Mandalika ini.

Sebagai cabang olahraga yang sangat tergantung kepada peralatan dan perlengkapan, atlet motorsport setidaknya membutuhkan dua hal utama.

Pertama adalah kendaraan balap beserta teknologinya, lalu yang kedua adalah perangkat keselamatan yang melindungi pembalap dari risiko fatal saat balapan.

Sayangnya, dua hal mendasar itu tidak dapat dengan mudah diperoleh insan motorsport Indonesia.

Meski Indonesia menjadi pasar utama beberapa pabrikan mobil maupun motor, sedikit sekali yang menyediakan kendaraan dengan spesifikasi balap.

Meski begitu, bukan berarti para insan motorsport Tanah Air itu berpangku tangan. Dengan usaha sendiri, mereka mencoba membangun sendiri dari kendaraan yang tersedia.

Peralatan Balap Sulit dan Mahal

Menurut pereli nasional Rifat Sungkar, mendatangkan peralatan untuk balapan dari luar negeri tidak mudah dan jelas jauh dari murah.

Banyak pembalap Indonesia yang kemudian hanya mampu membeli kendaraan balap bekas dengan teknologi yang sudah ketinggalan.

Karena bekas, suku cadangnya pun tidak selalu tersedia. Akibatnya terjadilah kanibal dari mobil sejenis.

“Untuk membangun satu mobil balap, pembalap sampai harus membeli tiga mobil bekas,” kata Rifat.

“Yang satu dipakai untuk balapan, sementara yang dua dipereteli suku cadangnya untuk dijadikan cadangan jika ada yang rusak.”

Kendati demikian, dengan segala keterbatasan yang ada, insan motorsport Indonesia mampu menggulirkan kejuaraan balap dengan konsisten dan selalu ramai.

Sebelum pandemi Covid 19, jadwal balapan di Indonesia mencapai lebih dari 100 event balap roda dua dan roda empat, di berbagai level.

Sayangnya, bibit-bibit yang bermunculan dari kejuaraan itu tidak dapat berkembang dengan baik.

Salah satu penyebabnya karena sulit mendapatkan kendaraan balap yang dapat mengasah mereka menghadapi kejuaraan tingkat dunia.

Hal kedua yang tidak kalah pentingnya, bahkan sangat penting, adalah ketersediaan perangkat keselamatan bagi pembalap.

Tidak hanya yang menempel di badan pembalap, namun juga yang ada pada kendaraan balap, entah itu material maupun teknologinya.

Bamsoet

Insiden Sean-Bamsoet

Insiden yang dialami Sean Gelael dan Ketua MPR Bambang Soesatyo saat berlomba di ajang Sprint Rally Meikarta menjadi viral.

Dan menurut Rifat, Sean dan Bamsoet bisa selamat dari kecelakaan parah itu tidak lepas dari canggihnya peralatan keselamatan yang ada dalam Citroen C3.

Seperti kita tahu Citroen C3 itu didatangkan langsung dari luar negeri dengan safety device yang mumpuni.

Sirkuit Mandalika dan insiden Sean-Bamsoet seharusnya dapat dijadikan momen bahwa kondisi motorsport Indonesia harus terus diperbaiki dari waktu ke waktu.

Jangan berharap pembalap Indonesia dapat berbicara di arena dunia jika peralatan yang dipakai saja masih seadanya.

Menurut Rifat salah satu cara adalah dengan mengubah beberapa aturan yang terkait dengan import kendaraan dan suku cadangnya.

Misalnya, larangan jual beli blok mesin baru, rumitnya aturan import mobil untuk balapan, juga pengenaan pajak yang tinggi untuk suku cadang peralatan keselamatan balap.

“Sebagai insan motorsport, saya pribadi memohon pemerintah untuk dapat memperhatikan kebutuhan olahraga balap ini,” ujar Rifat.

“Mungkin lewat pelonggaran aturan yang memudahkan insan motorsport mendapatkan kendaraan dan peralatan balap.”

“Apa yang saya minta ini semata untuk meningkatkan prestasi balap tanah air sekaligus dapat melindungi dari risiko fatal yang kami hadapi.”

Sebuah keinginan sederhana yang seharusnya dapat terlaksana di tengah hadirnya sirkuit kelas dunia. Semoga.

Galeri: Mercedes-AMG SL 2022