Belakangan ini, teknologi self-driving menjadi yang paling ditonjolkan oleh perusahaan otomotif kenamaan dunia.
Self-driving car adalah konsep transportasi di mana mobil sepenuhnya dikendalikan oleh komputer. Impian autopilot untuk mobil ini merupakan tantangan yang besar.
Situasi dan kondisi jalan yang rumit dengan berbagai jenis kendaraan bahkan pejalan kaki.
Dengan teknologi self-driving, maka kontribusi manusia di jalanan akan semakin minim. Ini diklaim bisa mengurangi tingkat kemacetan.
Namun, menurut seorang jurnalis otomotif dari Carwow bernama Mat Watson (videonya disematkan di atas), teknologi self-driving ini hanyalah omong kosong.
Sebab bagaimanapun, benda mati akan tetap bergantung pada kontribusi yang masih hidup alias manusianya.
Watson memulai opininya tersebut dari Tesla. Menurutnya fitur self-driving (FSD) dari merek besutan Elon Musk itu masih jauh dari definisi "mengemudi dengan sendirinya".
Menurutnya ada beberapa sistem yang sering tidak bekerja, termasuk seringnya mobil memgerem mendadak saat tidak ada hambatan di depan.
Tesla bukan brand pertama yang meggembar-gemborkan teknologi self-driving ini. Tahun 2016 lalu, Ford juga pernah merilis keseriusan mereka tentang menciptakan mobil tanpa pengemudi.
BMW dan Volvo juga telah membuat janji serupa dalam dekade terakhir. Namun hingga kini belum ada perusahaan yang menciptakan mobil self-driving dengan sempurna.
Lebih lanjut, Watson menyatakan mobil self-driving hanyalah prototipe dan jauh dari apa yang manusia butuhkan sehari-hari.
Bahkan layanan robotaxi Motional Las Vegas akan dibatasi hanya beberapa blok (beberapa meter saja) ketika akhirnya diluncurkan pada tahun 2023 mendatang.
Watson memang mencatat bagaimana sistem kontrol jelajah adaptif menjadi lebih baik dan lebih baik, tetapi itu masih jauh dari pengaturan self-driving yang selama ini dijanjikan.
Pada akhirnya, mobil self-driving tetap masih membutuhkan kontribusi pengemudi dan hanya cocok untuk lingkungan tertentu.
Satu lagi yang akan menjadi masalah jika mobil self-driving ini benar-benar dibuat oleh perusahaan-perusahaan otomotif dunia, yakni persoalan legalitas dan undang-undang.
Semua undang-undang saat ini menganggap pengemudi bertanggung jawab atas kendaraan mereka.
Oleh sebab itu, polisi masih menetapkan denda untuk mereka yang melangar aturan lalu lintas.
Namun bagaimana kebijakan akan ditetapkan jika yang bertanggung jawab adalah sebuah robot?
Mengubah narasi hukum semacam itu bukan hanya akan memakan waktu bertahun-tahun, namun juga menghabiskan banyak uang.
Galeri: Tesla Model 3 2022
Sumber: Carwow