Dua komponen yang paling mendasar dalam menggerakkan kendaraan listrik adalah baterai dan motor listrik.

Dalam operasi normal, baterai memberikan daya pada motor listrik, yang bisa menyebabkan kendaraan bergerak.

Namun, ketika kendaraan diparkir atau diam, baterai tidak digunakan. Baru-baru ini, produsen EV mulai memikirkan bagaimana baterai ini dapat tetap berguna dalam situasi seperti itu.

Salah satu hasil pemikiran ini adalah pengenalan fungsionalitas kendaraan untuk menghantarkan listrik (juga dikenal sebagai Vehicle-to-Load atau V2L) pada beberapa EV yang baru saja diluncurkan.

Termasuk Hyundai Ioniq 5 yang baru saja meluncur. Dan ini merupakan salah satu bentuk revolusi ekosistem EV yang dilakukan Hyundai.

Dalam perancangannya, Hyundai Ioniq 5 menggunakan platform E-GMP (Electric Global Modular Platform) dari Hyundai. Sekaligus, menjadi EV pertama Hyundai yang menggunakan platform tersebut.

Soket bagian dalam Hyundai Ioniq 5 untuk memanfaatkan fitur V2L
Soket bagian dalam Hyundai Ioniq 5 untuk memanfaatkan V2L.

V2L: Apa itu dan apa manfaatnya?

Sederhananya, fitur V2L ini memungkinkan baterai besar pada kendaraan listrik untuk memberi daya pada sesuatu di luar mobil, seperti peralatan rumah tangga.

Mungkin manfaat praktis yang paling nyata dari teknologi V2L adalah memungkinkan perjalanan berkemah yang praktis dan menyenangkan.

Dengan SUV listrik yang dilengkapi teknologi V2L, misalnya, secara teoritis dimungkinkan untuk berkendara di luar jalan raya ke lokasi berkemah yang jauh.

Dan kemudian menarik daya dari baterai mobil untuk menggunakan peralatan sehari-hari saat berkemah. Seperti mesin kopi, microwave, atau pompa listrik untuk menggembungkan kasur udara.

Namun, saat membeli EV yang mengklaim menawarkan fungsionalitas V2L, penting untuk memperhatikan watt aktual (daya listrik) yang dapat dihasilkan mobil.

Juga, ketersediaan adaptor khusus atau peralatan khusus lainnya yang mungkin diperlukan untuk menghubungkan mobil ke peralatan listrik sehari-hari yang menggunakan steker tiga pin standar.

Hyundai Ioniq 5 yang baru saja diluncurkan di IIMS 2022 lalu memenuhi hal tersebut. Crossover listrik ini menampilkan fungsionalitas V2L dengan output 3.600 Watt.

Output tersebut lebih dari cukup untuk memberi daya pada semuanya, mulai dari laptop, kompor listrik, lampu rumah, dan lain-lain. Hyundai juga menyertakan adaptor pada Ioniq 5 ini.

Adaptor memiliki satu ujung yang dicolokkan ke port pengisian daya mobil, dan ujung lainnya berisi soket tiga pin untuk menyambungkan peralatan.

EV lain mungkin memiliki output watt yang lebih rendah atau mungkin tidak disertakan dengan adaptor serupa, yang dapat digunakan untuk menghubungkan peralatan atau perangkat dengan mudah ke aki mobil.

Mitsubishi Outlander PHEV (kendaraan listrik hybrid plug-in), misalnya, hanya tersedia secara opsional di pasar tertentu dengan “power feeder AC” 1.500 watt yang dapat digunakan untuk memberi daya pada peralatan lain.

Untuk tutorial penggunaan V2L pada Hyundai Ioniq 5, silakan simak video di bawah ini:

 

Fungsionalitas V2L juga dapat bermanfaat dalam situasi yang lebih serius, termasuk upaya penyelamatan dan pertolongan selama bencana alam atau krisis lainnya.

Mitsubishi, misalnya, telah menggunakan teknologi V2L pada salah satu mobil listriknya, i-MiEV, sebagai sumber daya cadangan setelah gempa bumi dan tsunami Fukushima 2011.

Dan baru-baru ini, i-MiEV juga digunakan untuk memberi daya pada peralatan pendingin bergerak untuk mengirimkan vaksin Covid-19 di daerah terpencil di Indonesia.

Tentunya, dengan teknologi V2L yang dimiliki, Hyundai Ioniq 5 seharusnya juga bisa melakukan tindakan yang sama.

Galeri: Hyundai Ioniq 5 Meluncur di Indonesia